TUJUH MACAM PAHALA YANG DAPAT DINIKMATINYA SELEPAS MATINYA

Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.

1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.

2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.

3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.

4. Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.

5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.

6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.

7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya

8. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.

Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :

1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)

2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.

3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

TIGA PERTANYAAN

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama, siapapun yang boleh menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

“Anda siapa? Dan apakah boleh anda menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Pemuda bertanya. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Jawab Guru Agama “Saya akan mencuba sejauh kemampuan saya”

Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan;

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan kewujudan Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama.

Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?”

Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan kesakitan pemuda berkata “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawapan saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”.

“Saya sungguh-sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab beliau. Guru Agama bertanya ” Jadi anda percaya bahawa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!” “ Tak dapat”, jawap pemuda. “Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Diperbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda diperbuat dari apa?” “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.

HIKMAH MENINGGALKAN UCAPAN BOHONG

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata :
"Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya." Maka Rasulullah menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?"
"Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.

Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.
Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :
"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu."

Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek.
"Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata :
"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

KOMUNIKASI DENGAN ALLAH

SUDAHKAH ANDA BERKOMUNIKASI DENGAN ALLAH ??

Dari Jabir r.a., katanya dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya
tali penghubung antara seseorang dengan syirik dan kafir, ialah meninggalkan
shalat.”

Tahukah anda bahwa ibadah shalat itu terbagi antara Allah dan hamba-Nya
separo-separo ?

MEMBACA ALFATIHAH
Nabi saw. bersabda: “Siapa yang tidak membaca Ummul Qur’an (Fatihah) dalam
shalat, maka shalatnya tidak sempurna (Nabi mengulangnya sampai tiga kali). Lalu
ditanyakan orang kepada Abu Hurairah, “Bagimana kalau kami shalat mengikut
Imam?” Jawabnya, “Bacalah perlahan-lahan! Karena aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda, bahwa Allah Ta’ala berfirman: ‘Shalat itu Kubagi dua antara-Ku dan
hamba-Ku. Untuk hamba-Ku ialah apa yang dimintanya.
Al-Fatihah terbagi dua, Ayat 1 - 4 : untuk Allah; Ayat 5 : untuk Allah dan
Hamba-Nya; Ayat 6 - 7 : untuk Hamba-Nya

Shalat juga bisa diartikan sebagai zikir kepada Allah. Melalui sabda Rasulullah
saw, Allah berkata: “Aku adalah sahabat orang-orang yang mengingat-Ku” Karenanya,
bila Allah menjadi sahabat seseorang yang sedang shalat, itu berarti orang
tersebut mampu melihat sahabatnya (Allah). Inilah sebabnya shalat itu disebut
sarana berkomunikasi dengan Allah. Dan menurut Ibnu Arabi, barang siapa yang
shalatnya sudah mencapai pada tingkatan melihat Allah, maka ia selalu menjadi
imam dalam shalatnya, meskipun shalatnya sendirian. Sebab, para malaikat akan
menjadi ma’mum di belakang orang yang shalat pada tingkatan itu. Shalat demikian
inilah yang dapat mendatangkan ni’mat tiada tara.

Apabila dia mengucapkan ‘Bismillaahirrahmaanirrahiim’ (Dengan menyebut nama
Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang), maka Allah Ta’ala menjawab,
“Hamba-Ku telah mengingat-Ku

Apabila dia mengucapkan ‘Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin’ (Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam), maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Hamadani ‘abdi’ (Hamba-Ku
telah memuji-Ku)

Apabila dia mengucapkan 'Arrahmaanirrahiim’ (Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang), maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Atsna ‘alayya ‘abdi’ (Hamba-Ku telah
mengagungkan-Ku

Apabila dia mengucapkan 'Maliki yaw middin’ (Yang Menguasai hari pembalasan),
maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Majjadani ‘abdi’ (Hamba-Ku telah memuliakan-Ku),
atau ‘Fawwadha ilayya ‘abdi’, (Hamba-Ku telah berserah diri kepada-Ku)

Apabila dia mengucapkan ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ (Hanya Engkaulah
yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan), maka Allah
Ta’ala menjawab, ‘Hadza bayni wa bayna ‘abdi, wa li ‘abdi ma saala’ (inilah
bagian-Ku dan bagian Hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimohon akan
terkabulkan)

Apabila dia mengucapkan ‘Ihdinash shirathal mustaqim, shirathal ladzina an’amta
‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim waladhdhaallin’ (Tunjukilah kami jalan yang
lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni’mat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula) jalan mereka yang
sesat) maka Allah Ta’ala menjawab, ‘Hadza li ‘abdi’, wa li ‘abdi ma saala’ (Ini
semua bagian Hamba-Ku, dan terkabullah semua permohonan hamba-Ku)
Sumber : Shahih Muslim

MARILAH KITA TEGAKKAN SHALAT

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls